Senin, 30 Mei 2016

Manfaat Jengkol dan Petei atau Joring dan Parira


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Jengkol dan Petei atau Joring
dan Parira)
_________________________________________________________________












__________________

Kata Pengantar
__________________

"Joring dan PARIRA Bukan Main Enak-nya" begitulah mungkin sebagian
penduduk Nusantara ini memberi pendapat pada Joring dan Potai ini
jika mau di tanya.

Sayang-nya...!

Tak ada pula yang bertanya.

Dan ini dapat dimaklumi, karena banyak orang berpendapat "Jengkol
Joring Petai atau Parira" cukup dimakan saja dan ngak usah banyak
ngomong.

Mengapa begitu...?

Karena tanpa ngomong juga dapat diketahui apakah sesorang
makan jengkol atau tidak, "Habis makan jengkol kau ya...?" tanya
si tukang tanya  pada si penerima pertanyaan.

Bagimana dengan sisi agama-nya...?

Kurang mendapat  dukungan dengan tetap tidak melarang-nya, sementara
dari segi selera banyak orang tak tahan, yang jangankan untuk memakannya,
untuk melihatnya saja banyak orang terbelalak.

Tak percaya Cle'an...!

Coba Cle'an lihat orang-orang yang makan Jengkola di Rumah makan
Padang Sidempuan Medan, kalau ngak terbelalak dia, "Makanan
pesta besar" begitu isi hatinya.

Para kawan dimana-pun berada...!

Berikut info sekitar Jengkol atau Joring Petai atau Parira.

Selamat menyimak...!
________________________________

Sekilas info tentang Jengkol
________________________________



















* Pemahaman Umum

Jengkol (Archidendron pauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium
jiringa, dan P. lobatum) atau jering adalah tumbuhan khas di wilayah
Asia Tenggara.

Bangsa Barat menyebutnya sebagai dog fruit. Bijinya digemari di Malaysia
(disebut "jering"), Myanmar (disebut "da nyin thee'"), dan Thailand
(disebut "luk-nieng" atau "luk neang"). Masyarakat Indonesia mengenalnya
sebagai bahan pangan.

Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong
dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua.
Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap.

Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan
diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap.

Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan
baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai
kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam
konservasi air di suatu tempat.

* Karakter biji

Bijinya dalam keadaan matang keras, namun berubah menjadi lunak dan
empuk setelah direbus atau sedikit liat setelah digoreng. Tekstur inilah
yang membuatnya disukai, walaupun beberapa orang juga menyukai konsumsi
biji mudanya dalam keadaan mentah yang jauh lebih keras dan pahit.

Kulit biji memiliki getah berwarna keunguan yang meninggalkan jejak
yang sulit dihapus dari pakaian. Semakin tua,warna biji akan mengarah
ke warna kuning dan akhirnya merah atau coklat setelah benar-benar matang.

Aromanya agak menyerupai petai tetapi lebih lemah. Namun setelah
dikonsumsi, tubuh akan mengeluarkan bau menyengat melalui urin, feses
dan keringat, yang dipercaya lebih mengganggu dibanding mengkonsumsi
petai.

* Pengolahan

Nasi uduk disajikan dengan semur jengkol, empal daging, dan krecek.

Biji jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah. Olahan paling umum
adalah disemur, dan dikenal oleh orang Sunda sebagai ati maung atau
"hati macan".

Jengkol dapat pula digoreng, dengan atau tanpa balado, atau digulai.
Setelah diolah, jengkol akan mengeluarkan aroma khasnya yang bagi
sebagian orang dianggap dapat menggugah selera dan memiliki citarasa
yang khas; sedikit kelat dengan tekstur agak liat.

Selain disemur, biji jengkol juga dapat dibuat menjadi keripik seperti
halnya emping dari melinjo, dengan cara ditumbuk/digencet hingga pipih,
dikeringkan dan digoreng dengan minyak panas.

Efek negatif bau sebenarnya dapat dikurangi dengan perendaman
atau perebusan.

* Gangguan kesehatan

Biji jengkol sedikit beracun karena adanya kandungan asam jengkol,

sebuah asam amino yang dapat menyebabkan djenkolism (keracunan biji
jengkol). Gejala yang muncul antara lain terjadinya kejang otot,
pirai, retensi urin, dan gagal ginjal akut.[2] Kondisi tersebut
terutama dialami pria, dan tidak bergantung dari berapa jumlah biji
yang disiapkan.

Setiap individu dapat dapat mengonsumsi jengkol tanpa insiden, tapi
dapat mengalami gagal ginjal pada kesempatan yang lain.

Memakan jengkol dalam jumlah sedikit menciptakan masalah penampilan,
karena menghasilkan bau mulut, keringat, feses, dan urin. Sebenarnya
bau ini bisa diatasi dengan membersihkan diri dengan peralatan
kebersihan yang mengandung pengharum, seperti pasta gigi, cairan
kumur, sabun, dan deodoran.

Bau pada waktu kencing dapat dikurangi apabila pembilasan dilakukan
sebelum dan sesudah kencing dengan jumlah air yang cukup atau bila
perlu dibilas dengan cairan pembersih.

Selain bau, jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena
konsumsi jengkol berlebihan menyebabkan terjadinya penumpukan kristal
di saluran urin, yang disebut "jengkolan".

Ini terjadi karena jengkol mengandung asam jengkolat yang tinggi dan
sukar larut di air pada pH yang asam. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan
terbentuknya kristal dan mengganggu urinasi.

Resiko terkena jengkolan diketahui bervariasi pada setiap orang, dan
dipengaruhi secara genetik dan oleh lingkungan.

* Manfaat kesehatan

Dari segi nutrisi, jengkol memiliki vitamin, asam jengkolat, mineral,
dan serat yang tinggi. Namun karena efek samping yang ditimbulkan, maka
konsumsinya menjadi terbatas.
_____________________________________

Sekilas info tentang Petai / Parira
_____________________________________



















* Pemahaman Umum

Petai, pete (IPA:p?t?), atau mlanding (Parkia speciosa) merupakan pohon
tahunan tropika dari suku polong-polongan (Fabaceae), anak-suku petai-
petaian (Mimosoidae).

Tumbuhan ini tersebar luas di Nusantara bagian barat. Bijinya, yang
disebut "petai" juga, dikonsumsi ketika masih muda, baik segar
maupun direbus.

Pohon petai menahun, tinggi dapat mencapai 20m dan kurang bercabang.
Daunnya majemuk, tersusun sejajar. Bunga majemuk, tersusun dalam bongkol
(khas Mimosoidae).

Bunga muncul biasanya di dekat ujung ranting. Buahnya besar, memanjang,
betipe buah polong. Dari satu bongkol dapat ditemukan sampai belasan buah.

Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang berwarna hijau ketika muda
dan terbalut oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang. Buah petai
akan mengering jika masak dan melepaskan biji-bijinya.

Biji petai, yang berbau khas dan agak mirip dengan jengkol, dikonsumsi
segar maupun dijadikan bahan campuran sejumlah menu. Sambal goreng hati
tidak lengkap tanpa petai. Sambal petai juga merupakan menu dengan petai.

Biji petai biasanya dijual dengan menyertakan polongnya. Namun, pengemasan
modern juga dilakukan dengan mengemasnya dalam plastik atau dalam stirofoam
yang dibungkus plastik kedap udara.

____________

Penutup
____________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

Jika Cle'an tertarik untuk menikmati macam hasil racikan Si Boru Enggan
atau si Boru Angin, Boru bonbon termasuk Boru Lubis dan borhas, maka
kunjungilah RM. Padang Sidempuan.

Bukan main enak-nya makanan ini di Er-Em tersebut.
Iya betul-nya-da...!


Selamat malam...!





________________________________________________________________________
Cat :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar