Rabu, 01 Juni 2016

Manfaat Buah Sukkun dan Sukkun Batak



#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Manfaat Buah Sukkun dan Sukkun Batak)
_____________________________________________________________








____________________

Kata pengantar
____________________

Sukun...!

Itulah salah satu nama buah di Nusantara ini.

Nama ini bisa jadi berasal dari Tanah Batak, karena di
tanah batak ada juga istilah "Sukun".

Tapi...!

Artinya sekitar, "Sapalah atau tanyalah".

"Sukun majo, betak bia ning Porebani tu au, marholong
ni roha do sanga inda...?

Artinya...!

Tanya-lah dulu apakah poreban (panggilan wanita batak) itu,
sayang atau tidak sama saya".

Para kawan sekalian...!

Sukun dalam bahasa Jawa artinya tanpa biji.

Artinya lagi...!

Daging semua.

...dan...

Pengertian ini yang dipakai dalam postingan "Sukun" ini.

Selamat menyimak, bagi yang ingin menyimak dan selamat kabur
bagi yang ingin kabur dari postingan ini.

__________________________________________________

Sekilas info tentang Pohon / Buah Sukkun
__________________________________________________













* Pengertian

Sukun adalah nama sejenis pohon yang berbuah. Buah sukun
tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip
roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang
Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" (Ingg.: breadfruit;
Bld.: broodvrucht, dll.).

Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga
tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji"
dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya,
seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan
karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai timbul,
kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa), kulu
(bahasa Aceh), kalawi (Minang). Di daerah Pasifik, kulur
dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana
dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru.
Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis.



* Pemerian








Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi,
dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan
meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek
dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m,
sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.

Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar
yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20–60 cm,
berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau
tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu
halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu
besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon
mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.

Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga
jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung,
15–25 cm, hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari
kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina
berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8–10 cm, hijau.

Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk,
dengan diameter 10–30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-
duri lunak dan pendek, hijau tua. Forma tak berbiji (sukun)
biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan
duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4
atau segi-6 di kulitnya.

Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak
persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh
tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda
bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi
'daging buah' sukun.

* Hasil dan kegunaan









Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting
sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik,
terutama di Pasifik dan Asia Tenggara.

Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu:
direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah
dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari
atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama.

Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan
dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi
beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta
mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi
semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik
dengan cara diiris tipis dan digoreng.

Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per
tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun
ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya
antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila
sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian
mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis
(Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan
makanan murah bagi para budak di sana.

Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung
dengan kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein,
dan sekitar 2% lemak.

Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya
menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah
digunakan sebagai bahan pakaian lokal.

Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal)
perahu, dan sebagai bahan dasar permen karet.

Kayu sukun atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat,
sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat rumah tangga,
konstruksi ringan, dan membuat perahu.

Timbul, kulur, atau kluwih (yang berbiji) lebih banyak
dipetik tatkala muda, untuk dijadikan sayur lodeh, sayur
asam, atau ditumis dengan cabai. Biji timbul yang tua
juga kerap direbus, digoreng, atau disangrai untuk
dijadikan camilan.


* Penyebaran dan ekologi








Asal-usul sukun diperkirakan dari kepulauan Nusantara
sampai Papua. Mengikuti migrasi suku-suku Austronesia
sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian
turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik.

Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman
Majapahit, sukun menyebar ke Jawa dari Maluku. Karena
pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu
menyebar ke barat antara tahun-tahun 1750-1800 ke Malaysia,
India, Srilangka, Mauritius, dan pada 1899 tiba di Afrika.
Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia
terutama di lingkar tropis.

Sukun menyukai iklim tropis: suhu panas (20-40°C), banyak
hujan (2000–3000 mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%),
dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 m dpl.,
meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih
baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan
matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan
kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial
yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi
kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang
tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau
dan lain-lain.

Ada yang mengatakan bahwa daun sukun yang telah tua dan gugur,
dapat digunakan untuk pengobatan tradisional pembesaran prostat,
menurunkan gula darah, serta pengobatan gagal ginjal. Namun
hal ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut.

____________________________

Sekilas Manfaat Sukun
____________________________








1. Sukkun Jawa sebagai nama Buah

Dapat anda perdalam lewat link :

Kandungan dan Manfaat Buah Sukun - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=Dxa5taz23KY

2. Sukun Batak sebagai Sapaan

Jelas dan cukup jelas...!

Karena ada istilah sukkun-lah makanya orang batak itu saling
menyapa. Dan jawabannya-pun tidak jauh dari "Horas".
Begitu saja-lah.

____________

Penutup
____________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

...dan...

Selamat malam...!

______________________________________________
Cat :
Kandungan dan Manfaat Buah Sukun - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=Dxa5taz23KY
Pohon Sukun dan Buah Sukun - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=L2Bpcq0GG54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar